Foto: Ribuan orang disebuah desa selatan Khirbet Selm pada hari Selasa (9/1/2024) hadiri pemakaman komandan Hizbullah Wissam Al-Tawil yang tewas karena serangan pesawat tak berawak pada pasukan Israel sehari sebelumnya. (AP Photo/Hussein Malla)
Jakarta, CNBC Indonesia – Kelompok Hizbullah yang didukung Iran telah menolak gagasan awal Washington untuk meredakan pertempuran sengit dengan negara tetangga Israel, seperti menarik pejuangnya lebih jauh dari perbatasan, namun tetap terbuka terhadap diplomasi AS.
Utusan AS, Amos Hochstein, telah memimpin upaya diplomatik untuk memulihkan keamanan di perbatasan Israel-Lebanon ketika wilayah yang lebih luas sedang tertatih-tatih menuju eskalasi konflik yang lebih besar yang dipicu oleh perang Gaza.
Serangan oleh kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman terhadap kapal-kapal di Laut Merah, turut menambah urgensi upaya tersebut.
PILIHAN REDAKSIMakin Panas! Pakistan Balas Dendam Bombardir Iran, 7 TewasTimur Tengah Makin Kacau, Liga Arab Respons Serangan Iran ke IrakIran Ngamuk Dibombardir Pakistan, Militer Siaga Perang |
“Hizbullah siap mendengarkan,” kata seorang pejabat senior Lebanon yang mengetahui pemikiran kelompok tersebut, sambil menekankan bahwa kelompok tersebut memandang gagasan yang disampaikan oleh perunding veteran Hochstein pada kunjungan ke Beirut pekan lalu sebagai hal yang tidak realistis.
Posisi Hizbullah adalah akan menembakkan roket ke Israel sampai ada gencatan senjata penuh di Gaza. Penolakan Hizbullah terhadap proposal yang diajukan Hochstein belum pernah dilaporkan sebelumnya.
Salah satu pejabat Lebanon dan sumber keamanan, sebagaimana dikutip Reuters, Kamis (18/1/2024), terlepas dari penolakan dan serangan roket Hizbullah untuk mendukung Gaza, keterbukaan kelompok tersebut terhadap kontak diplomatik menandakan keengganan terhadap perang yang lebih luas, bahkan setelah serangan Israel mencapai Beirut pada 2 Januari dan membunuh seorang pemimpin Hamas.
Israel juga mengatakan ingin menghindari perang, namun kedua belah pihak mengatakan mereka siap berperang jika diperlukan. Israel memperingatkan akan merespons lebih agresif jika kesepakatan untuk membuat kawasan perbatasan aman tidak tercapai.
Adapun, eskalasi seperti ini akan membuka babak baru yang besar dalam konflik regional.
Dicap sebagai organisasi teroris oleh Washington, tiga pejabat Lebanon dan seorang diplomat Eropa mengungkapkan Hizbullah sejatinya tidak terlibat langsung dalam perundingan. Sebaliknya, gagasan Hochstein diteruskan oleh mediator Lebanon, kata mereka.
Salah satu saran yang muncul pekan lalu adalah agar permusuhan di perbatasan dikurangi seiring dengan langkah Israel menuju operasi dengan intensitas lebih rendah di Gaza.
Sebuah usulan juga disampaikan kepada Hizbullah agar para pejuangnya bergerak sejauh 7 km dari perbatasan. Hal ini akan membuat para pejuang lebih dekat daripada tuntutan publik Israel untuk mundur sejauh 30 km ke Sungai Litani yang ditetapkan dalam resolusi PBB pada 2006.
Hizbullah menolak kedua gagasan tersebut dan menganggapnya tidak realistis, kata para pejabat Lebanon dan diplomat tersebut. Kelompok ini telah lama mengesampingkan penyerahan senjata atau penarikan pejuang, yang sebagian besar berasal dari wilayah perbatasan dan menyatu dengan masyarakat pada saat damai.
Hizbullah telah memberi isyarat bahwa setelah perang Gaza berakhir maka mereka akan terbuka bagi Lebanon untuk merundingkan kesepakatan yang dimediasi mengenai wilayah yang disengketakan di perbatasan, sebuah kemungkinan yang disinggung oleh pemimpin Hizbullah dalam pidatonya bulan ini.
“Setelah perang di Gaza, kami siap mendukung perunding Lebanon untuk mengubah ancaman menjadi peluang,” kata seorang pejabat senior Hizbullah kepada Reuters, yang berbicara tanpa menyebut nama. Dia tidak membahas proposal spesifik.
Hizbullah sebelumnya menahan tembakan selama gencatan senjata 7 hari di Gaza pada akhir November.
Sementara itu, juru bicara pemerintah Israel Eylon Levy, mengatakan “masih ada peluang diplomatik,” untuk mengusir https://knalpotbelah.com/Hizbullah dari perbatasan.